Wednesday, June 16, 2010

ASKEP FISIOTERAPY THORAK [ FTT ]

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Berbagai modalitas pengobatan digunakan ketika merawat pasien dengan berbagai tipe gangguan pernafasan. Pilihan modalitas ini didasarkan kepada gangguan oksigenisasi dan apakah terdapat masalah dengan ventilasi gas, difusi gas atau keduanya. Terapi berkisar dari modalitas sederahana non-invasif salah satunya  fisioterapi dada, sampai pada tindakan yang sangat invasive dan kompleks (intubasi, ventilasi mekanis, pembedahan) (Brunner&Sudarth,2002).


Postural drainase dilakukan pada pasien yang mengalami gangguan pernafasan dan gangguan mukus. Mukus adalah penutup yang melindungi bagian dalam paru dan jalan nafas. Mukus menangkap debu dan kotoran dalam udara yang kita hirup dan mencegah iritasi paru. Bila ada infeksi atau iritasi lain, tubuh menghasilkan lebih banyak mukus tebal untuk membantu paru menghindari infeksi. Bila mukus kental ini menyumbat jalan nafas, pernafasan menjadi lebih sulit. Fisioterapi adalah kelompok terapi yang digunakan dengan kombinasi untuk memobilisasi sekresi pulmonary. Terapi ini terdiri dari drainase postural, perkusi dada, dan vibrasi.


B. Tujuan

Tujuan fisiotrapi dada adalah Untuk membuang sekresi brokil, memperbaiki ventilasi dan meningkatkan efiensi otot – otot pernafasan.


C. Manfaat
     1.    Perawat

Untuk memperdalam ilmu dalam menangani pasien yang mengalami gangguan pernafasan yang diakibatkan oleh penumpukan sekret disaluran pernafasan.

2.   Mahasiswa

Untuk menambah pengetahuan, khususnya dalam menangani pasien yang mengalami gangguan pernafasan karena penumpukan sekret

3.      Keluarga

untuk dapat diterapkan dirumah saat anak mengalami gangguan bernafas yang diakibatkan oleh banyaknya lendir disaluran pernafasan.


BAB II
TINJAUAN KEPUSTAKAAN 


A. Definisi

    Fisiotrapi dada (FTD) merupakan kelompok terapi yang digunakan dengan kombinasi untuk memobilisasi sekresi pulmonar. Terapi ini terdiri dari drainase postural, perkusi dada, dan vibrasi. Fisotrapi dada harus diikuti dengan batuk produktif dan pengisapan pada klien yang menglami penurunan kemampuan untuk batuk. Fisiotrapi dada direkomendasi untuk klien – klien yang memproduksi sputum dengan jumlah lebih dari 30 cc perhari atau menunjukan bukti atelektasisi dengan sinar –X dada, Eid dkk, (1991) menyajikan sinopsis klinik praktis pada manuver FTD untuk berbagai masalah klinik.  


B. Pedoman untuk fisiotrapi dada

Asuhan keperawatan berdasarkan hasil penemuan pengkajian yang khusus pedoman berikut ini akan menolong perawat dalam melakukan pengkajian fisik dan membuat keputusan berikutnya.


*    Ketahui tentang normal tanda – tanda vital klien; kondisi seperti atelektasis dan peunomonia yang membutuhkan FTD dapat mempengaruhi tanda-tanda vital. Derajat perubahan akan berhubungan dengan tingkat hipoksia, keseluruhan status kardiopulmunar, dan toleransi aktivitas.


*      Ketahui obat-obata klien: obat-obatan tertentu khususnya obat diuretik dan antihipertensi menyebabkan perubahan cairan dan perubahan hemodinamik. Hal ini menurunkan toleransi klien terhadap perubahan posisi drainase postural. Obat-obatan steroid meningkatkan resiko klien untuk mengalami fraktur tulang iga patologis dan sering kali menjadi kontraindikasi pada penggoyangan tulang iga.


*   Ketahuilah riwayat medis klien: obat-obatan tertentu seperti peningkatan tekanan intrakranial, cedera medula spenalis, dan reseksi aneurisma abdomen menjadi kontraindikasi pada perubahan posisi drainase postural. Trauma atau bedah thorasik juga menjadi kontraindikasi untuk dilakukan perkusi, vibrasi, dan pengetaran tulang iga.


*    Ketahui tingkat fungsi kognitif klien. Partisipasi klien dalam teknik batuk terkontrol adalah klien mengikuti intruksi. Keterbatasan kognitif yang didapat atau koginetal akan mengubah kemampuan klien untuk belajar dan berpartisipasi dalam teknik-teknik ini.


*    Waspada terhadap toleransi klien akan latihan fisik: Manufer FTD akan melelahkan. Jika klien tidak terbiasa melakukan aktifitas fisik, maka dapat diturunkan toleransi awal manufer. Namun, dengan peningkatan yang bertahap dalam aktivitas dan FTD yang terencana, maka akan meningkat toleransi klien pada prosedur.


C. Pembagian Fisioterapy Dada (FTD)

Drainase postural

Drainase postural adalah penggunaan teknik pengaturan posisi yang membuang sekresi dari segmen tertentu di paru dan di bronkus kedalam trakea. Batuk atau suksioning secara normal dapat membuang sekresi dari trachea. Prosedur drainase postural dapat meliputi sebagian besar segmen paru. Karena klien mungkin tidak membutuhkan drainase postural semua segmen paru. Prosedur didasarkan pada hasil penemuan klinis. Misalnya, pada klien yang menderita atelektasis pada lobus bawah membutuhkan drainase postural hanya pada derah yang terkena, sedangkan anak yang menderita fibrosis sistik membutuhkan drainase postural pada semua segmen paru.


Drainase postural menggunakan posisi spesifik yang memungkinkan gaya gravitasi untuk membantu dalam membuang sekresi bronkial. Sekresi mengalir dari bronkilus yang terkena kedalam bronki dan trakea dalam membuangnya dengan membatukkan atau penghisapan. Drainase postural digunakan untuk menghilangkan atau mencegah obtruksi bronkial yang disebabkan oleh akumulasi sekresi.


Karena pasien biasanya duduk dalam posisi duduk tegak, sekresi sepertinya akan menumpuk pada bagian yang lebih rendah dari paru-paru. Jika drainase postural digunakan, pasien dibaringkan secara begantian dalam posisi yang berbeda, sehingga gravitasi membantu untuk mengalirkan sekresi dari jalan nafas bronkial yang lebih kecil ke bronki yang besar dan trakea. Sekresi kemudian dibuang dengan membatukkan. Dengan meminta pasien menghirup agens mukolitik dan bronkodilator yang diresepkan sebelum drainase postural membantu mengalirkan percabangan bronkial.


Latihan drainase postural dapat diarahkan pada semua segmen paru. Bronki lobus yang lebih rendah dan lobus tengah mengalir lebih efektif jika kepala lebih rendah.


Bronkhi lobus yang atas mengalir lebih efektif bila kepala tegak. Seringnya, pasien dibaringkan dalam lima posisi, satu posisi untuk mendrainase setiap lobus: kepala lebih rendah, pronasi, leteral kanan dan kiri, dan duduk tegak.


Intervensi keperawatan. Perawat harus waspada tentang diagnosis pasien juga lobus-lobus paru pasien sakit status jantung, dan setiap deformitas struktural dinding dada dan tulang belakang. Mengauskultasi dada sebelum dan sesudah prosedur membantu mengindentifikasi area yang membutuhkan drainase dan keefektifan tindakan, dengan demikian memberikan umpan balik langsung tentang keefektifan tindakan.


Drainase postural biasanya dilakukan dua sampai empat ,kali sehari, sebelum makan (untuk mencegah mual, muntah dan aspirasi), dan saat waktu menjelang tidur. Jika diresepkan, bronkodilator, air, atau salin dapat dinebuisasikan dan dihirup sebelum drainase postural untuk mendilatasi bronkiolus, mengurangi bronkospasme, menurunkan kekentalan lendir dan sputum, dan mengatasi edema dinding bronkial.


Pasien dibuat senyaman mungkin pada setiap posisi dan basin emesis, cangkir sputum, serta kertas tisu disiapakan. Pasien diintruksikan untuk tenang dalam setiap posisi selama 10 menit sampai 15 menit dan untuk menghirup dengan lambat melalui hidung dan menghebuskan nafas dengan perlahan dengan bibir yang dirapatkan untuk membantu mempertahankan jalan nafas terbuka sehingga sekresi dapat dialirkan ketika dalam berbagai posisi. Jika posisi tidak  dapat ditoleransi, pasien dibantu untuk mengambil posisi yang dimodifikasi.


Teknik batuk.  Saat posisi batuk, pasien diintruksikan untuk batuk dan membuang sekresi sebagai berikut.


1.   Mengambil posisi duduk dan membungkuk sedikit kedepan karena posisi tegak memungkinkan batuk lebih kuat.


2.   Jaga lutut dan panggul fleksi untuk meningkatkan relaksasi dan mengurangi tegangan pada otot-otot abdomen ketika batuk.


3. Menghirup nafas dengan lambat melalui hidung dan menghembuskan melalui bibir yang dirapatkan beberapa kali.


4. Batuk dua kali selama tiap kali ekshalasi ketika mengkontraksi (menarik ke dalam) abdomen dengan tajam bersamaan dengan setiap kali batuk.


5.  Membuat insisi, dengan membuat sanggaan bantal, jika diperlukan.


Sekresi mungkin harus dihisap secara makanis jika pasien tidak mampu untuk batuk. Mungkin baik juga dilakukan perkusi dan vibrasi dada untuk melepaskan sekresi bronkial dan sumbatan mukus yang melekat pada mukus dalam arah drainase gaya gravitasi.


Setelah prosedur, jumlah, warna, kekentalan, dan karakter dari sputum yang dikeluarkan dicatat; warna dan nadi pasien dievaluasi beberapa kali pertama prosedur dilakukan. Ada baiknya untuk memberikan oksigen selama drainase postural.


Jika spuntum berbau busuk, drainase postural dilakuan diruangan jauh dari pasien lain dan digunakan pengharum ruangan. Setelah prosedur pasien mungkin akan merasa agar bila sikat gigi dan menggunakan pembilas mulut sebelum berbaring di tempat tidur.

2. Perkusi dada

Perkusi dada dilakukan dengan mengetuk dinding dada diatas daerah yang akan didrainase. Tangan diposisikan sehingga jari-jari dan ibu jari saling menyentuh dan tangan membentuk mangkuk. Perkusi pada permukaan dinding dada akan mengirimkan gelombang berbagai amplitudo dan frekuensi melalui dada sehingga mengubah konsistensi dan lokasi sputum. Perkusi dada dilakukan dengan mengubah gerakan tangan melawan dinding. Perkusi dilakukan diatas sebuah lapisan pakaian, tidak diatas kancing, kancing jepret, atau resleting. Satu lapisan pakaian akan mencegah pukulan pada kulit klien. Lapisan bahan pakaian yang ganda atau yang lebih tebal akan menahan vibrasi.


Perkusi menjadi kontraindikasi bagi klien yang mengalami pendarahan, osteoprosis, atau faktur tulang iga. Dalam melakukan perkusi pada lapangan paru, perawat harus berhati-hati dan jangan memperkusi daerah skapular, kalau tidak hati-hati maka akan terjadi trauma pada kulit struktur muskuloskeletal di bawahnya.


Perkusi dilakukan dengan membentuk mangkuk pada telapak tangan dan dengan ringan ditepukkan pada dinding dada dalam gerakan berirama diatas segmen paru yang akan dialirkan. Pergelangan tangan secara bergantian fleksi dan ekstensi sehingga dada dipukul atau ditepuk dalam cara yang menimbulkan nyeri. Pakaian halus  dapat diletakkan diatas segmen dada yang ditepuk untuk mencegah iritasi kulit da kemerahan akibat kontak langsung. Perkusi, bergantian dengan vibrasi, dilakukan selama 3 sampai 5 menit untuk setiap posisi. Pasien menggunakan pernafasan difragmatig selama prosedur untuk meningkatkan relaksi (Lihat Latihan Ulang Pernafasan). Sebagai kewaspadaan, perkusi diatas selang drainisme dada, sternum, tulangbelakang, ginjal, limpa, atau payudara (pada wanita) dihindari. Perkusi dilakukan dengan hati-hati pada lansia karena peningkatan insiden osteoporesis dan resiko fraktur iga.


3. Vibrasi


Vibrasi  adalah teknik memberikan komperensi dan getaran manual pada dinding dada selama fase akshalasi pernafasan (lihat Gbr. 25-4B, C). Manuver ini membantu untuk meningkatkan velositas udara yang diekspirasi dari jalan nafas yang kecil, dengan demikian membebaskan mukus. Setelah tiga atau empat kali vibrasi pasien didorong untuk batuk, dengan menggunakan otot-otot  abdomen. (Mengkontraksi otot-otot abdomen meningkatkan keefektifan batuk.)


Vibrasi merupakan tekanan halus yang menggoyang yang diberikan pada dinding dada hanya selama ekshalasi. Teknik ini diduga akan meningkatkan kecepatan dan turbulensi udara yang dikeluarkan, memfasilitasi pengeluaran sekresi (Dettenmeier,1992). Vibrasi meningkatkan pengeluaran udara yang teperangkap dan menggoyangkan mukus sehingga lepas dan menyebabkan batuk. Vibrasi tidak direkomendasikan untuk dilakukan bagi bayi dan anak kecil.


Program batuk dan pembersihan sputum yang dijadwalkan, bersama dengan hidrasi, akan mengurangi sputum pada banyak pasien jumlah sirklus perkusi dan vibrasi diulang tergantumg pada toleransi dan respon klinik pasien. Bunyi nafas dievaluasi sebelum dan sesudah prosedur.





Intervensi keperawatan.

 Ketika melakukan fisotrapi dada, penting artinya untuk memastikan bahwa pasien telah nyaman, pasien tidak mengenakan pakaian yang ketat, dan pasien tidak baru makan. Area yang paling atas dari paru ditangani pertama kali. Medikasi diberikan untuk meredakan nyeri, sesuai ketentuan,sebelum perkusi dan vibrasi; insisi dibebat; dan bantal digunakan untuk menyangga sesuai kebutuhan. Posisi beragam tetapi focus ditekankan pada area yang temaksud. Setelah menyelesaikan tindakan, pasien dibantu untuk mengambil posisi yang nyaman.


Tindakan dihentikan jika terjadi gejala-gejala merugikan: nyeri meningkat, nafas penting meningkat, kelemahan kepala, kepala pusing, atau hemotipsis. Terapi diindikasikan sampai pasien mempunyai pernafasan normal, dapat memobilisasi sekresi, dan mempunyai nafas yang normal, dan bila gambara rintogen dada normal.

Pendidikan Pasien dan Pertimbangan Perawatan di Rumah.


 Fisiotrapi dada seringkali diindikasikan dirumah untuk pasien penderita PPOM, bronkiektasis, dan fibrosis kistik. Teknik sama seperti yang diuraikan diatas, tetapi drainase gravitasi dicapai dengan menemppatkan pinggul diatas kotak, setumpukan majalah, atau bantal (kecuali tersedia tempat tidur dirumah sakit). Pasien dan keluarga dijelaskan tentang posisi dan teknik perkusi serta vibrasi, sehingga terapi dapat dilanjutkan dirumah. Selain itu, pasien diintruksikan untuk mempertahankan masukan cairan yang adekuat kelembaban udara  yang adekuat untuk mencegah sekresimenjadi kental dan banyak serta mengenali tanda-tanda dini efeksi seperti demam dan perubahan seperti demam dan perubahan warna atau karakter sputum. Dengan istirahat 5 sampai 10 menit pada setiap drainase postural memaksimalkan jumlah sekresi yang didapatkan.


Terapi fisik dada dapat dilakukan oleh perawat di rumah jika kunjungan demikian diperlukan oleh kondisi pasien. Pendidikan pasien dan keluarga lebih lanjut dapat diberikan selama kunjungan tersebut.



BAB III
INTERVENSI

Teknik melakukan Fisioterapi Dada

A. Alat dan Bahan

Persiapan alat dan bahan

§  Bantal
§  Kursi 
§  Nerbeken
§  Kasa
§  Minuman Hangat untuk anak usia toddler keatas


Bayi dan anak kecil dapat diposisikan di pangkuan anda. Untuk anak yang lebih besar dapat digunakan papan miring yang diberikan bantalan. Bantal membantu memposisikan anak dengan nyaman.


Anak harus ditempatkan pada beberapa posisi yang berbeda untuk drainase postural. Prosedurnya disesuaikan dengan usia dan kekuatan anak setiap sesi, biasanya sekitar 20-30 menit.


B. Teknik Melakukan


Menungkupkan tangan (perkusi)


Posisikan tangan anda seperti ketika anda menampung cairan atau bedak kemudian dibalikkan.


Gambar 1 saat anak pada posisi drainase, lakukan masase dengan cepat pada dada anak dengan tangan anda. Keseluruhan lengkung tangan anda harus menyentuh dada anak, bila anak anda sangat kecil, pakailah alat khusus sebagai ganti tangan anda. Tangan ditungkupkan kira-kira selama 1 menit pada setiap posisi. Ingat menungkupkan tangan tidak sama dengan memukul, bila dilakukan dengan benar, tindakan ini tidak akan menyakiti anak atau menyebabkan kulit anak menjadi merah seperti di tampar.


Vibrasi


Tempatkan tangan anda diatas tangan anda yang lain kemudian kencangkan dan kendorkan otot lengan bawah anda dengan cepat (gambar 2). Tindakan ini akan menimbulkan fibrasi yang bila dilakukan pada kulit maka vibrasi akan melewati paru untuk melepaskan mukus dan minta anak untuk menarik nafas dalam. Dan ketika ia mengeluarkan udara, tempatkan tangan anda di atas segmen paru untuk melakukan drainase dan fibrasi.


Drainase Postural

          Instruksi
1.   Tempatkan anak pada posisi seperti pada Gbr.3, A.
2.  Beri tahu anak untuk menarik napas dalam. Anak juga dapat menggunakan botol tiup khusus, coba untuk meniup balon dan meniup gelembung. Hal ini dapat membantu anak menarik napas dalam dan dapat menyebabkan anak batuk.


3.   Tungkupkan tangan ditempat yang diberi tanda gelap pada gambar selama kira-kira 1 menit.


4.  Kemudian minta anak menarik napas dalam dan vibrasikan area tersebut saat ia mengeluarkan udara. Ulangi sampai tiga kali pernapasa. Bila anak terlalu kecil untuk memahami bagaimana bernapas dalam dan perlahan, vibrasi saja selama beberapa pernapasan.


5.  Beri tahu anak untuk batuk. Karena mungkin ia tidak dapat batuk bila berbaring, bantu ia untuk duduk agar batuk dalam dapat dilakukan dengan baik.


6.   Ulangi langkah 1 sampai 5 untuk setiap posisi yang berbeda (Gbr. 3, B sampai I)


7.   Meskipun hanya satu sisi yang diperlihatkan diatas, tetapi ingatlah bahwa prosedur tersebut harus diulangi untuk kedua sisi, sisi kanan maupun kiri. INGAT: Gunakan waktu kira-kira 20 sampai 30 menit untuk setiap sesi. Perhatikan anak dengan cermat untuk adanya tanda-tanda kelelahan. Drainase postural harus dihentikan sebelum anak menjadi lelah. Tindakan ini dapat dilanjutkan setelah anak beristirahat.

Birateral segmen     
Duduk dipangkuan

anterior tengah perawat, sedikit membungkuk kearah depan yang flleksi di atas bantal

Birateral segmen     Duduk
nterior tengah   dipangkuan perawat membungkukkan kearah perawat

Lobus bilateral        Posisi telentang

anterior tengah          berbaring di pangkuan perawat, dengan bantal menyokong punggung anak.


BAB IV
PENUTUP 


A.    Kesimpulan

1.      Fisioterapi Dada adalah untuk membuang sekresi bronkil memperbaiki ventilasi dan meningkatkan efisiensi otot-otot pernapasan.

2.      Fisioterapi Dada terdiri dari Drainase Postural, Perkusi Dada dan Vibrasi.

3.      Drainase Postural dapat dilakukan pada pasien yang mengalami gangguan pernapasan dan gangguan mukus

4.      Drainase Postural dapat dilakukan secara bertahap, antara tindakan yang pertama dan yang selanjutnya berjarak antara 5-10 menit. Tujuannyan adalah untuk memaksimalkan jumlah sekresi yang didapatkan.

5.      Tindakan Fisioterapi Dada dihentikan jika terjadi gejala merugikan seperti: nyeri meningkat, nafas meningkat, kelemahan kepala, kepala pusing, atau hemotipsis.





B.     Saran

1.    Perawat
   Agar lebih terampil dalam menerapkan teknik drainase Postural secara tepat sehingga dapat memaksimalkan pengeluaran sekret.

2.    Mahasiswa

    Untuk mengetahui teknik-teknik drainase postural secara benar, menambah ilmu untuk mengkaji pola pernapasan yang efektif dan dapat lebih terampil dalam menangani pasien dengan gangguan pernapasan


3.    Keluarga

      Agar dapat menerapkan drainase postural dirumah apabila terjadi gangguan pernapasan karena penumpukan lendir pada anak.








DAFTAR PUSTAKA

Potter dan Perry(2006), Fundamental Keperawatan, Jakarta, EGC
Stuart dan Bruner (     ), Keperawatan Medikal Bedah, Jakarta, EGC
Wong, Donna L (2003), Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrict edisi 4, EGC, Jakarta